Salahkah menjadi seorang janda?

Judul diatas sih lebih sopan kalau diganti menjadi...seorang single parent? tapi aku tidak mau mengubahnya, biarkan saja seperti itu biar banyak pengunjung yang mampir.

Di Jakarta ini ternyata banyak yang berstatus single parent, banyak sekali faktornya. Status single parent kalau di Jakarta mungkin tidak begitu bermasalah. Tapi kalau di desa tau sendirilah teman-teman. Banyak omongan miring soal status janda atau single parent, yang katanya orangnya ga benerlah, pengganggu suami orang lah. Semua yang dilakukan menjadi sorotan, termasuk dalam hal berbusana, dulu di kampung saya ada seorang ibu paruh baya mengenakan celana panjang saja diomongin (karena dulu di kampung memakai celana panjang di anggap sok fashion dsb). Ya ampun... serba salah ya jadi single parent!

Sebenarnya kalau kita mau tahu lebih banyak soal janda/single parent, kita tidak perlu memikirkan yang aneh-aneh soal status mereka. Di kantorku ada seorang single parent yang sudah sah bercerai. Dia bercerai dikarenakan tak tahan dengan kelakuan suaminya yang tidak memberi nafkah dan selingkuh dengan wanita lain. Kalau kita mau tanya apakah kamu senang menjadi janda? tentu saja jawabannya tidak, tentu saja dia menginginkan keluarganya yang dulu masih utuh, suaminya yang bertanggung jawab menafkai.

Lewat postingan ini aku ingin bersyukur karena aku masih bisa mendidik anakku bersama suamiku.

Postingan ini ditujukan buat ibuku yang sudah 20tahun hidup menjada gara-gara Bapak telah dipanggil oleh TYME lebih dulu, Ibu aku dengan tegar menghiraukan omongan miring tetangga hanya gara-gara memakai celana panjang. Toh dengan hidup sendiri beliau bisa menyekolahkan anak-anaknya.

Postingan ini juga aku tujukan buat temanku (rifa) maju terus Rifa, Hidup ini adalah anugrah. Bukan salah kamu kalau sekarang kamu menjadi single parent.

Teman-teman yang kebetulan mampir ke blogku aku cuma bisa berpesan hargailah seorang janda / single parent jangan langsung negative thingking.